Gunung
Api (Volcano)
Hingga
saat ini, gunung berapi masih merupakan misteri bagi manusia. Ilmu yang telah
dicapai manusia tentang gunung berapi masih sangat sedikit. Itupun hanya bagian
luarnya saja tanpa mengetahui segala proses yang terjadi akibat adanya gunung
api tersebut. Namun demikian, sebagai penduduk dari sebuah negeri yang dua
pulau terbesarnya didominasi oleh deretan pegunungan berapi, tidak ada salahnya
kalau kita mempelajari tentang gunung berapi ini.
Bagaimana
proses terbentuknya, mengapa ada gunung berapi yang aktif dan non aktif,
mengapa ada letusan gunung berapi yang kecil dan ada yang besar, mengapa tanah
di wilayah sekitar gunung berapi relatif subur, dan sebagainya.
Pembentukan
Gunung Api
Gunung
api merupakan suatu objek geologi yang mengalami proses pembentukan. Gunung
berapi terbentuk dari hasil perpaduan batu-batuan yang dalam kondisi cair yang
terkumpul di bawah kerak bumi. Keadaan suhu yang sangat panas di bawah kerak
bumi menyebabkan batu-batuan menjadi cair. Batu-batuan cair ini dikenali
sebagai magma.
Magma
yang terbentuk kira-kira berada sekitar 80km hingga 160km di bawah permukaan
bumi. Magma yang panas dan cair ini akan naik ke permukaan bumi kerana tekanan
dan temperature yang sangat tinggi yang menyebabkan magma terdesak untuk
mencari celah untuk dapat keluar menuju permukaan bumi.. Magma mengalir keluar
ke permukaan bumi melalui rekahan, sesar, lorong gunung api, dll.
Kebanyakan
gunung berapi terbentuk di kawasan pertemuan antar lempeng yang menyususun
kerak bumi. Ahli sains telah mengemukakan teori
tektonik lempeng untuk menjelaskan proses pembentukan gunung berapi.
Gunung
berapi terbentuk akibar adanya pertemuan dua lempeng. Pertemuan lempeng ini
menyebebkan salah satu lempeng akan mengalami penujaman kebawah lempeng yang
lainnya. Lempeng yang mengalami penujaman ini akan menjadi cair kerana suhu
yang sangat panas di bawah kerak bumi. Bahagian cair ini menambah magma di
mantel dan seterusnya mengalir keluar ke permukaan bumi menjadi gunung berapi.
Selain
pada zona pertemuan dua lempeng, Gunung berapi juga dapat terbentuk di zona permatang
tengah lautan. Peyebaran lempeng dasar samudra terjadi apabila magma yang
berasal dari astenosfer naik menuju lithosfer dan menekan dua buah lempeng
kearah yang belawanan. Lava ini akan membentuk dasar laut sebagai permatang
tengah laut.dan terkadang juga terbentuk gung api. Gunung api di Iceland
merupakan jenis pembentukan ini.
Sebahagian
gunung berapi terbentuk di tengah lempeng, jauh dari pertemuan lempeng seperti
Kepulauan Hawaii. Ahli sains menjelaskan bahawa tonggak batuan mantel yang
dipanaskan dan naik secara perlahan ke permukaan bumi. Kenaikan magma ke
permukaan bumi diperkirakan 13 cm hingga 15 cm pertahun. Apabila kumpulan magma
naik sampai ke permukaan bumi, gunung berapi akan terbentuk.
Material
Gunung Api
Saat
meletus, gunung berapi mengeluarkan material-material yang terdiri dari lava,
tepra, dan gas. Jenis dan jumlah material yang dikeluarkan saat letusan
tergantung pada komposisi magma yang ada dalam gunung api tersebut.
Berikut
beberapa jenis material yang dikeluarkan gunung api saat gunung api meletus :
1. Lava
Batuan
pijar meleleh yang terdapat di dalam perut bumi disebut dengan magma. Magma
yang keluar dari gunung berapi saat terjadi letusan, disebut dengan lava. Bila
magma bersifat cair (fluid), maka lava yang dihasilkannya akan mengalir dengan
cepat di permukaan lereng gunung. Sambil mengalir, lava ini mendingin, dan
akhirnya menjadi batuan beku dan membentuk kubah lava baru.
2. Tepra
Disebut
juga dengan material piroklastik (pyroclastic material). Gunung berapi yang
memiliki kandungan magma yang kental (sticky), bila terjadi letusan yang
eksplosif, akan menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flow), atau di
Indonesia biasa dikenal dengan istilah wedus gembel.
3. Gas
Gas
dihasilkan pada letusan gunung berapi baik yang eksplosif maupun non eksplosif,
biasanya dalam bentuk uap. Pelepasan gas yang tiba-tiba dengan tekanan yang
sangat tinggi inilah yang menyebabkan terjadinya letusan. Gas yang banyak
terkandung dalam gunung berapi antara lain adalah uap air (H2O), karbon
dioksida (CO2), dan sulfur dioksida (SO2); gas lainnya dalam jumlah kecil
adalah Klorin (CL) dan Fluorin (F).
Didasarkan kepada cara-cara mekanisma keluarnya awan panas
dari kepundan, maka gunung api dapat kita bedakan menjadi tiga tipe, yaitu
sebagai berikut :
1.
Tipe Pele’e
Lacroaix (orang yang memberi nama “nue ardente”), melihat
adanya bukti bahwa semburan awal dari bahan dari awan panas itu arahnya
horisontal yang juga memberikan tekanan terhadap awan panas yang terjadi.
Selanjutnya dari laporan tertulis yang dibuat oleh F.A.Perret (1930) pada
letusan Gunung-berapi Pe’lee yang terjadi pada tahun 1930 meskipun awan
panasnya lebih kecil dari letusan tahun 1902, dia menemukan bukti-bukti baru
yang dapat mengungkapkan bagaimana mekanisma gerak awan panas yang dihasilkan
gunung-berapi tersebut. Dia yakin bahwa pembentukannya diawali oleh suatu
letusan yang menyemburkan bahannya melalui suatu sudut yang kecil. Menurut
pengamatannya, “nue ardente” yang terjadi adalah letusan dari lava itu sendiri
yang terarah.
Sumber lava yang terkumpul dibawah kubah secara-diam-diam
akan menghimpun energi. Apabila kemudian meletus, maka ia akan menyembur
melalui bagian yang lemah dibawah kubah dan mengarah horisontal menyapu lembah,
bukit, menuruni lereng dan menyebar seperti kipas.
2.
Tipe Soufriere
Letusan yang terjadi pada gunung-berapi Soufriere yang
melanda St.Vincent sifatnya agak berbeda dengan yang terlihat di gunung-berapi
Pe’lee. Seperti halnya di St.Pierre, awan panas juga keluar dari lubang
kepundan dan menuju ke lembah-lembah disekitarnya. Sebelum terjdi letusan, pada
bagian puncak gunug-berapi ini terdapat kepundan dimana dasarnya ditutupi oleh
danau yang dalamnya lebih dari 150 meter. Lereng gunug-berapi ini agak landai
dengan rata-rata sudut 15 °. Sifat letusannya
agak berbeda dengan yang teramati di gunung-berapi Pe’lee. Suhunya lebih rendah
dan letusannya juga agak lemah Kemudian awan yang disemburkan menuju kesegala
arah (tidak pada arah tertentu seperti di St.Pierre), dan bahkan keatas
kaldera. Bahan yang dibawanya sebhagian besar berukuran pasir dengan sedikit
sekali yang berukuran lebih besar apabila dibandingkan dengan gunung-berapi
Pe’lee. Disimpulkan bahwa bahan-bahan panas disemburkan vertikal keatas dan
awan panas yang jatuh kemudian menuruni lereng gunung-berapi.
3.
Tipe Merapi
Para pakar gunung-berapi di Pulau Jawa, berdasarkan
pengamatan yang dilakukan terhadap pola letusan gunung Merapi, ternyata telah
menunjukkan adanya jenis mekanisma pembentukan awan panas lainnya selain dari
yang dua di atas. Kubah pada kepundannya terus tumbuh dan lerengnya menjadi
tidak mantap dan mulai runtuh serta menghasilkan guguran-guguran fragmen pijar
melalui lereng gunung-berapi tersebut. Gunung-gunung-berapi yang mempunyai
ciri-ciri yang sama seperti di Merapi, antara lain yang terjadi pada
gunung-berapi Fuego di Guetamala, dan gunung-berapi Izalco di El Savador.
Awan panas pada dasarnya sedikit sekali atau hampir tidak
mengendapkan bahannya di bagian lereng gunung-api tersebut. Namun mereka
mempunyai daya pengikisan yang kuat dan mampu menoreh lembah-lembah. Pada
dinding lembah akan dapat dijumpai goresan-goresan sebagai akibat dari
torehannya. Awan panas umumnya akan mengendapkan bahan-bahannya di bagian yang
landai dibawah setelah kehilangan energinya. Endapannya terdiri dari
pencampuran yang sangat lekat berupa bahan berukuran halus (debu) dan bongkah-bongkah
menyudut dengan garis tengah beberapa meter serta kadang juga terdapat
batu-apung di dalamnya.
Klasifikasi
Gunung api
Gunung
api dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuk
dan tipe letusannya:
Berdasarkan
bentuknya gunung api dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gunung-api Rekahan (Fissure Volcano)
Gunung-api
rekahan merupakan sebuah retakan panjang pada permukaan bumi dimana aliran
magma keluar melalui retakan tersebut. Akibat retakan ini timbullah lapisan
basal yang sangat tebal dan luasnya dapat mencapai ribuan kilometer persegi.
Contoh gunung-api yang cukup besar yang terbentuk dari proses ini adalah Plato
Kolumbia di bagian barat-laut Amerika Serikat; dan Plato Deccan di India.
2. Gunung-api Perisai (Shield Volcano)
Gunung-api
perisai bukan terbetuk dari letusan, melainkan lebih karena adanya aliran lava
basal cair yang kemudian membeku. Karena lava basal bersifat tipis dan basah,
aliran lava ini secara bertahap membentuk gundukan yang sangat landai, seperti
perisai dengan landasan yang melebar luas. Gunung-api perisai ini ada yang
besar, ada pula yang kecil, dan yang terbesarnya berkali-kali lebih besar dari
gunung-api campuran yang paling besar. Gunung-api Mauna Loa dan Mauna Kea
adalah contoh gunung-api terbesar yang terbentuk dari proses ini.
3. Gunung-api Kubah (Dome Volcano)
Kadang
juga disebut kubah-sumbat (plug dome), terbuat dari lava kental mengandung asam
yang keluar saat terjadi letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian
puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat menutup lubang pada
dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Gunung-api
kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk yang cembung. Contohnya
adalah Puncak Lassen di Sierra Nevada, dan Gunung Pelée di Martinique.
4. Kerucut Bara (Cinder Cone)
Merupakan
gunung-api yang dibentuk terutama oleh bara basal dengan kandungan basa dominan
dan abu vulkanik dari reruntuhan material piroklastik, atau dari material yang
dikeluarkan pada saat terjadi letusan eksplosif. Karena dibentuk oleh serpihan
material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami erosi baik oleh angin
maupun air hujan yang mengalir di kaki gunung api, dan ukurannya pun relatif
lebih kecil daripada gunung-api campuran. Gunung-api ini juga cenderung tidak
bertahan lama, dibandingkan dengan gunung-api campuran akibat sifat mudah
tererosi, namun gunung ini akan mengalami penambahan lapisan setiap kali
terjadi letusan pada gunung apinya.
5. Gunung-api Campuran (Composite Volcano)
Dikenal
pula dengan nama gunung-api strato (stratovolcano), dibentuk oleh kombinasi
aliran lava dan material piroklastik pada letusan eksplosif. Lapisan-lapisan
lava yang bercampur dengan material piroklastik ini semakin lama semakin
memadat dan terakumulasi menjadi lapisan massa baru. Gunung-api campuran
umumnya berbentuk simetris dan mengerucut, dengan sisinya yang jauh lebih
tinggi dan lebih curam dibanding gunung-api perisai. Contoh gunung-api campuran
ini adalah Gunung Fuji di Jepang, dan Gunung Etna di Sisilia.
6. Kaldera (Caldera)
Kaldera
adalah suatu kawasan berbentuk bulat atau oval yang membentang rendah di tanah.
Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat adanya letusan yang
eksplosif. Letusan yang eksplosif dapat meledakkan bagian atas gunung, atau
memuntahkan magma yang ada di dalam perut gunung. Kedua aksi ini sama-sama
dapat menyebabkan gunung-api amblas.
Setiap gunung berapi memiliki
karakteristik letusan (erupsi) tertentu
yang dapat dilihat dari material yang dikeluarkan, intensitas erupsi,
bentukan alam hasil erupsi dan kekuatan letusannya. Para ahli geologi
membedakan letusan gunung api dalam 7 tipe yaitu:
1.
Letusan Tipe
Hawaii
Ciri-ciri letusan tipe Hawai antara lain: (1) lava
yang dikeluarkan dari lubang kepundan bersifat cair (2) lava mengalir ke segala
arah (3) Bentuk gunung yang dihasilkan tipe hawaai menyerupai perisai atau
tameng. (4) skala letusannya relative lebih kecil namun intensitasnya cukup
tinggi. Contoh gunung berapi dengan tipe
letusan Hawaii antara lain: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii
2.
Letusan Tipe
Stromboli
Letusan tipe Stromboli memiliki ciri-ciri: (1) seringnya terjadi
letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus- menerus, dan banyak
mengeluarkan efflata. Contoh, Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa,
dan Gunung Batur di Bali. (1) Letusannya
memiliki interval waktu hampir sama. Gunung api Stromboli di Kepulauan Lipari
tenggang waktu letusannya 12 menit, artinya setiap 12 menit kawah melontarkan
material padat berupa pasir, batu, dan abu. (2) material yang dimuntahkan
berupa material padat, gas, dan batu
Contoh tipe letusan Stromboli yaitu Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung
Raung (Jawa).
3.
Letusan Tipe
Vulkano
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) cairan magma yang kental dan
dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki
tekanan yang sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api
pada umumnya. Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur, (2) besar kecilnya letusan didasarkan atas kekuatan tekanan dan kedalaman
dapur magmanya.(3) daya rusak cukup besar.
Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa
Timur.
4.
Letusan Tipe
Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga
menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat
dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan
akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu
atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut
wedhus gembel.
5.
Letusan Tipe
Perret atau Plinian
Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat
dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi
menjulang ke angkasa, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di bagian ujungnya.
Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883
dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980 merupakan tipe
perret yang letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena
letusannya sangat hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan
merosotnya dinding kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera yang sangat besar.
6.
Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat
penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga
menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah
tidak kuat, gunung tersebut meletus
7.
Letusan Tipe Sint
Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan
tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung
tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud
yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun
1902.
Letusan
Gunung Api (Volcanic Eruptions)
Dalam
beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai lava
mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan yang lain, abu merah
panas dan bara api menyembur keluar dari puncak gunung, dan bongkahan batu-batu
panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan
yang sangat besar, begitu besar sehingga dapat memecah-belah gunung.
Letusan
gunung berapi kadang juga terjadi di pulau-pulau vulkanik. Pulau vulkanik
sebenarnya merupakan bagian puncak dari gunung berapi yang terletak di dasar
samudra. Gunung berapi ini terbentuk dari proses letusan yang terjadi secara
berulang-ulang. Letusan lain dapat terjadi di sepanjang celah sempit di dasar
samudra. Pada letusan semacam ini, lava mengalir dari celah tersebut, dan
membentuk dasar samudra.
Penyebab
Meletusnya Gunung Api
Magma
terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu,
suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam
bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan
magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah
permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma
yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma
naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah
kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma
chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan
material-material vulkanik berasal.
Magma
yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
batu-batuan berat yang mengelilinginya, menyebabkan magma meletus, melelehkan
conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak
keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Setelah semburan berhenti, kawah terbentuk
pada bagian puncak gunung api, dan lubang utama terdapat di dasar kawah.
Setelah
gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya
naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian
terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih
kecil. Magma yang melalui saluran ini keluar melalui lubang lain yang terbentuk
pada sisi gunung, atau tetap berada di bawah permukaan.