Terdapat dua cara untuk dapat mengenal
suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang
termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat
jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap.
Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa
difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang
lama.
Berikut ini adalah sifat-sifat fisik
mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu:
1. Bentuk
kristal (crystall form): Apabila suatu mineral
mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan
mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia
mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral
akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan
kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam.
Bentuk bentuk kristal antara lain adalah (gambar 3.1): Triklin, Monoklin,
Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Kubik, Trigonal dll.
Untuk
dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri dari mineral
dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu cairan
panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Selama suhunya tetap
dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat
satu dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka
kebebasan bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai
terikat dan berkelompok untuk membentuk persenyawaan “Natrium Chlorida”.
Dengan
semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok tersebut
semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral “Halit” yang padat. Mineral
“kuarsa”, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya pertumbuhannya
terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut masih tetap
dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur
kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak
perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang
sempurna, bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara
bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali. Kristal mineral intan, dapat
dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron” dan mineral grafit
dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi
yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk
kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda.
2. Berat jenis
(specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis
tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan
dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya
“mineral-mineral pembentuk batuan”, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun
berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni
umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3.
3. Bidang belah
(fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk
pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut
ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang
tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.
4. Warna (color): Warna
mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara
mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-warna yang khas
yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai
contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur
besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak
mengandung aluminium.
5. Kekarasan
(hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah
dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari
suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah
tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya
apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral
yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan
mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1)
hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala
Kekerasan Mohs.
Tabel 3.1
Skala Kekerasan Relatif Mineral (Mohs)
Kekerasan
(Hardness)
|
Mineral
|
Rumus Kimia
|
1
|
Talc
|
Mg3Si4O10(OH)2
|
2
|
Gypsum
|
CaSO4·2H2O
|
3
|
Calcite
|
CaCO3
|
4
|
Fluorite
|
CaF2
|
5
|
Apatite
|
Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
|
6
|
Orthoclase
|
KAlSi3O8
|
7
|
Quartz
|
SiO2
|
8
|
Topaz
|
Al2SiO4(OH,F)2
|
9
|
Corundum
|
Al2O3
|
10
|
Diamond
|
C
|
6.
Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada
bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
7.
Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari
permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral
ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-Logam. Kilap Non-logam
antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan
kilap tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar