1.
Pengertian Batubara
Batu bara atau batubara adalah salah satu
bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk.
Analisa unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
2.
Batubara Secara
Umum
a.
Umur Batubara
Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang
lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana
hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi
bagian utara terbentuk.
Pada
Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung
terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
b.
Kelas dan Jenis Batubara
Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya
dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1)
Antrasit adalah kelas batu bara
tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara
86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2)
Bituminus mengandung 68 - 86%
unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang
paling banyak ditambang di Australia.
3)
Sub-bituminus mengandung
sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang
kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
4)
Lignit atau batu bara coklat
adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5)
Gambut, berpori dan memiliki
kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
c.
Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batu bara
berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1)
Alga, dari Zaman Pre-kambrium
hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari
perioda ini.
2)
Silofita, dari Zaman Silur
hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara
dari perioda ini.
3)
Pteridofita, umur Devon Atas
hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa
dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan
spora dan tumbuh di iklim hangat.
4)
Gimnospermae, kurun waktu mulai
dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus
dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama
batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
5)
Angiospermae, dari Zaman Kapur
Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan
betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga,
secara umum, kurang dapat terawetkan.
d.
Pembentukan Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang berlapis dan bersifat karbonan
dimana terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang terawetkan dalam
lapisan sedimen pembawanya serta mengalami peningkatan temperatur dan tekanan
yang tinggi sehingga kaya akan unsur karbonan.
Batubara terbentuk dari adanya endapan organik yang merupakan
sisa-sisa tumbuhan yang terendapkan di lingkungan delta, pantai (rawa-rawa),
ataupun cekungan antar gunung yang berupa danau, dimana lapisan batuan dasarnya
merupakan batuan yang kedap air yang memungkinkan tidak terjadinya sirkulasi
air yang tinggi. Vegetasi yang terus-menerus tumbuh memungkinkan terjadinya
rawa hutan, pohon-pohon yang mati akan terendam dan mengalami pembusukan
anaerob. Zat air yang terkandung di dalam tumbuhan akan lepas dan menyebabkan
bertambahnya persentasi karbon. Humus yang terbentuk pada daerah dengan sistem
pengairan yang buruk dimana air terus-menerus menggenanginya, maka akan terubah
menjadi gambut yang merupakan tahap awal proses pembatubaraan (coalification), selanjutnya dengan
pembebanan lapisan sedimen yang ada diatasnya terpengaruh temperatur yang
terjadi secara kontinyu dan berulang-ulang dalam kurun waktu jutaan tahun
menyebabkan gambut menjadi batubara dengan kondisi ketebalan bervariasi dan
berlapis-lapis.
Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan,
perlu diketahui dimana batubara tersebut terbentuk. Untuk lebih jelasnya
mengenai terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori :
1)
Teori Insitu (Autochton)
Teori ini mengatakan bahwa bahan – bahan pembentuk batubara
terbentuk dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian proses
transportasi tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami Coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena abunya
relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
lapangan batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).
2)
Teori Drift (Allochton)
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan yang membentuk lapisan batubara
terjadi di tempat yang berbeda dengan tempat semula tumbuhan hidup dan
berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air
yang berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami coalification. Jenis batubara yang
terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran yang tidak luas, tetapi dijumpai
di beberapa tempat, kualitasnya kurang
baik karena banyak mengandung material pengotor yang tersangkut bersama selama
proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara
yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan dilapangan batubara Delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar