A. Pengertian Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Metode
geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok
metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan
dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan
bumi.
Metode
resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m.
Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui
dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik
dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik
ukur.
B. Teori Dasar Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Teori utama dalam metoda resistivity
sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus yang mengalir (I) pada suatu medium
sebanding dengan voltage (V) yang terukur dan berbanding terbalik dengan
resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana R (Resistansi) sebanding
dengan panjang medium yang dialiri (x), dan berbanding terbalik dengan luas
bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
Untuk mendapatkan pengukuran
resistivity yang menghasilkan harga resistivitas semu ρapp (apparent
resistivity) dirumuskan oleh :
Dalam pelaksanaan survey dikenal
beberapa metoda pengambilan data sesuai dengan peletakan eloktroda yang
dilakukan. Hal ini berpengaruh terhadap faktor geometri peneletian resistivity
yang kita lakukan.
C. Akuisisi Data pada Metode Geolistrik Tahanan Jenis
1. Peralatan yang dibutuhkan :
A. Sepasang elektroda arus dan
elektroda potensial
B. Accu (biasanya 12 v, 1 A)
C. Peralatan elektronik pengukuran
(ares dan supersting R8/R1)
GAMBAR 3.1 ARES
2. Tennik Pengukuran :
A. Sounding : untuk informasi bawah
permukaan secara vertikal (model bumi berlapis)
B. Profilling : untuk informasi bawah
permukaan secara mendatar (variasi lateral)
C. Offset Sounding : untuk informasi
bawah permukaan profil sounding yang kontinyu secara lateral
3. Tahapan akusisi :
A. Tentukan konfigurasi elektroda yang
ingin dipakai
B. Pasang elektroda sesuai dengan
konfigurasi yang dipilih
C. Ukur besar resistivity semunya
D. Catat hal-hal penting : posisi dan
elevasi elektroda, arus dan potensial yang digunakan tiap pengukuran,
resistivity semu yang didapat di alat, kondisi geologi dilapangan secara umum
E. Plot pada kurva bi-log antara jarak
AB/2 vs resistivity semu yang didapat
D.. Konfigurasi-Konfigurasi dalam Metode Geolistrik
Tahanan Jenis
Metoda geolistrik terdiri dari
beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu
garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik
pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap
konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai
ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metoda geolistrik
konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk
mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei
yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak
mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran
geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan
tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan
membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat
mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang
menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk,
material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari
bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke
tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu
tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan
oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan
tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan
menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini
umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan
jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada
kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil
pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur
menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan
listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik,
multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari
multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan
menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus
pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya
terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
1.
Konfigurasi Wenner
GAMBAR 3.2 KONFIGURASI
WENNER
Keunggulan dari konfigurasi Wenner
ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan
angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan
elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang
relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak
bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh
terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner,
sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil
perhitungan menjadi kurang akurat.
2.
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger
idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis
tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak
AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN
hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
GAMBAR 3.3 KONFIGURASI
SCHLUMBERGER
Kelemahan dari konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil
terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur
multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi
yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang
koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai
tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi
Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas
lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas
semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada
elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak
elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN
terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa
dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB
= 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila
mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC
sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang
terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Parameter
yang diukur :
1. Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan
MN/2)
2. Arus (I)
3. Beda Potensial (∆ V)
Parameter
yang dihitung :
1. Tahanan jenis (R)
2. Faktor geometrik (K)
3. Tahanan jenis semu (ρ )
Cara intepretasi Schlumberger adalah
dengan metode penyamaan kuva (kurva matching). Ada 3 (tiga) macam
kurva yang perlu diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan
metode penyamaan kurva, yaitu :
1.
Kurva Baku
2.
Kurva Bantu, terdiri
dari tipe H, A, K dan Q
3.
Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu
yang akan dipakai, perlu diketahui bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.
1.
Kurva bantu H,
menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3 lapisan dengan ρ1 >
ρ2 < ρ3.
2.
Kurva bantu A,
menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi lapisan dengan ρ1 <
ρ2 < ρ3.
3.
Kurva bantu, K
menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan dengan ρ1 <
ρ2 > ρ3.
4.
Kurva bantu Q,
menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ1 > ρ2 >
ρ3
GAMBAR 3.4 KURVA-KURVA
BANTU DALAM METODE PENYAMAAN KURVA SCHLUMBERGER
3.
Konfigurasi Dipole-dipole
Selain
konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan
adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi Pole-pole,
hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial.
Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan
jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran.
Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua
elektrode potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi
penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk
penelitian skala laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi
Dipole-dipole.
Pada
konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing
elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan
elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode
arus pada titik terakhir di lintasan itu.
GAMBAR 3.5 KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar