Penaksiran
cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggung jawabnya
dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan karena keputusan-keputusan teknis
amat tergantung padanya. Model cadangan yang dibuat adalah pendekatan dari
keadaan cadangan nyata berdasarkan data/informasi yang tersedia dan masih
mengandung ketidakpastian.
Ada
beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran cadangan dianggap penting,
antara lain :
1)
Penaksiran cadangan memberikan taksiran
dari kuantitas (tonase) dan kualitas (kadar dan lain-lain) dari cadangan.
2)
Penaksiran cadangan memberikan
perkiraan bentuk tiga dimensi dari cadangan serta distribusi ruang (spatial)
dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan atau tahapan
penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present Value (NPV) dari tambang.
3)
Jumlah cadangan menentukan umur
tambang. Hal ini penting dalam perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan
infrastruktur lainnya.
4)
Batas-batas kegiatan penambangan (pit
limit) dibuat berdasarkan taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan
dalam menentukan lokasi pembuangan tanah atau batuan penutup dan tailing (waste dump dan tailing
impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnya.
Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan
suatu daerah penambangan, antara lain :
1)
Suatu taksiran cadangan harus
mencerminkan kondisi geologis dan karakter atau sifat dari mineralisasi.
2)
Model cadangan yang akan digunakan
untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik
perencanaan tambang yang akan diterapkan.
3)
Taksiran yang baik harus didasarkan
pada data faktual yang diolah atau diperlakukan secara objektif.
4)
Metode penaksiran yang digunakan harus
memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau diverifikasi.
Tahap
pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan adalah memeriksa atau
mengecek taksiran kadar blok (unit penambangan terkecil). Hal ini dilakukan
dengan menggunakan data pemboran (komposit data assay) yang ada disekitarnya.
Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus dicek
ulang dengan kadar dan tonase hasil penambangan yang sesungguhnya.
Prinsip utama dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana
mendapatkan suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto yang diambil
dari suatu badan mineral. Secara lebih spesifik kita ingin menaksir kadar pada
suatu lokasi dimana kita tidak memiliki data dengan menggunakan sejumlah
perconto yang letaknya dekat dengan lokasi tersebut.
Ada
berbagai metode untuk menghitung cadangan sesuai dengan kondisi geologi dan
mineralogi endapan. Berbagai metode tersebut telah dikembangkan dari metode
konvensional (klasik) yang manual sampai metode geostatistik dengan komputer.
Metode geostatistik secara bertahap telah menggantikan penggunaan metode
konvensional. Metode geostatistik penjelasan secara rinci tidak akan dibahas
dalam kesempatan ini.
Untuk
memilih salah satu di antara metode itu diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu
analisis geologi cadangan, tujuan perhitungan cadangan, sistem penambangan dan
prinsip-prinsip dari interpretasi dan eksplorasi yang dipakai. Metode tertentu
lebih sesuai dipakai untuk endapan dengan bentuk geometri dan distribusi kadar
yang tertentu pula. Endapan dengan bentuk geometri kompleks dan distribusi
kadar yang tinggi akan lebih cocok bila dihitung dengan Metode Krigging. Untuk
endapan dengan bentuk geometri sederhana dengan distribusi kadar atau koefisien
variasi rendah akan lebih efektif dihitung dengan metode penampang yang
sederhana.
Metode-metode konvensional yang digunakan untuk
perhitungan cadangan adalah sebagai berikut :
1)
Menurut G. Popov :
Metode rata-rata faktor dan luas
a.
Metode analog
b.
Metode blok-blok geologi
Metode
blok-blok penambangan
a.
Blok terbuka pada empat sisi pekerjaan
bawah tanah
b.
Blok terbuka pada tiga sisi pekerjaan
bawah tanah
c.
Blok terbuka pada dua sisi pekerjaan
bawah tanah
d.
Blok terbuka pada satu level dan
perpotongan pada kedalaman pemboran
Metode cross-section
a.
Metode standar
b.
Metode linear
c.
Metode isoline
Metode
Analitik
a.
Metode triangle (segitiga)
b.
Metode poligon
1)
Penyebaran lubang bor tidak teratur
2)
Penyebaran lubang bor teratur
i.
Jaringan kerja bujur sangkar
ii.
Grid papan catur
2) Menurut Park adalah :
Regular
a.
Included
area
b.
Excluded
area
c.
Semi
regular
Irregular
a.
Area
of influence
b.
Triangle
grouping
c.
Cross-section
Berikut ini uraian mengenai beberapa metoda yang biasa diaplikasikan :
1) Metode Penampang Melintang
Penampang melintang
disusun dari kombinasi antara peta garis singkapan (cropline) batubara
dengan data pemboran (log bor). Penampang melintang per seam disusun dengan
melakukan interpolasi antar data lapisan (seam) pada setiap titik bor
yang berdekatan. Garis penampang melintang sebaiknya selalu diusahakan tegak
lurus jurus garis singkapan batubara.
Penampang
seam berguna untuk memudahkan perhitungan sumberdaya sekaligus cadangan
batubara salah satunya dengan menggunakan rumus mean area. Data tersebut
juga dapat digunakan untuk menghitung cadangan tertambang dengan memasukkan
asumsi sudut lereng ke dalamnya.
Cadangan
dihitung berdasarkan luas daerah batas seam pada penampang yang bersebelahan.
Volume cadangan yang dihitung adalah volume antara dua penampang yang bersebelahan.
Perhitungan volume dilakukan menggunakan rumus mean area.
V = L /2 (S1 + S2)
keterangan
:
V = Volume daerah
yang ditaksir (m3)
L = Jarak antar
Penampang (m)
S = Luas daerah
penampang batubara pertama dan kedua (ton/m3)
Selain
menggunakan rumus mean area, perhitungan ini juga dapat dilakukan menggunakan
rumus kerucut terpancung, rumus prismoida dan rumus obelisk.
Faktor
tonase biasanya diperoleh untuk masing-masing material secara empirik. Kemudian tonase untuk
masing-masing penampang dijumlahkan untuk memberikan gambaran total tonase
cadangan batubara. Perkiraan akhir untuk kualitas batubara diperoleh dengan
menghitung nilai rata-rata tertimbang (weighted
average) untuk masing-masing seam atau area perhitungan.
2) Metode
Penampang Horizontal
Walaupun metode
penampang vertikal telah banyak digunakan untuk penaksiran cadangan bijih pada
masa lalu, sekarang metode ini telah banyak digantikan oleh teknik-teknik
berdasar pada penggunaan penampang horizontal.
Metode
penampang horizontal pada dasarnya melakukan perhitungan volume berdasarkan
luas daerah juga. Nilai-nilai elevasi yang diperoleh dari data pemboran dikorelasikan secara horizontal
membentuk permukaan lapisan menggunakan prinsip triangulasi atau daerah
pengaruh. Kemudian permukaan ini dihitung luasnya, dan luas permukaannya
dikalikan dengan rata-rata ketebalan lapisan untuk memperoleh volume seam yang
diinginkan.
3) Metode Triangular
Metode triangular
adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung cadangan
batubara. Di dalam metode triangular, masing-masing titik batas material pada
lubang bor dijadikan ujung sebuah segitiga sehingga akan dihasilkan suatu
permukaan yang terdiri dari gabungan segitiga-segitiga dan dihasilkan seam
berupa prisma-prisma segitiga yang teridiri dari dua buah segitiga yang sejajar
dengan jarak vertikal sebesar ketebalan lapisan. Jika prisma segitiga yang
terbentuk memiliki ketebalan yang tetap, maka volumenya akan sama dengan luas
daerah dikalikan dengan ketebalan, dan untuk memperoleh tonnase, maka dikenakanlah
faktor tonase yang sesuai.
4) Metode Poligon
Metode poligon
merupakan metode penaksiran yang konvensional. Metode ini umum diterapkan pada
endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri sederhana.
Kadar
pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada
ditengah-tengah poligon sehingga metode ini sering disebut metode poligon
daerah pengaruh (area of influence).
Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik sampel dengan
satu garis sumbu. Poligon dibangun dari titik-titik pada garis hubung dengan
jarak batas terhadap pusat poligon yang
selalu sama dengan jarak batas pusat poligon disebelahnya. Di dalam
poligon, kadar diasumsikan konstan dan sama dengan kadar pada lubang bor di
dalamnya. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan
jarak titik terdekat (rule of nearest
point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai sampel
yang terdekat.
5)
Menurut U.S. Geological Survey, 1980
Perhitungan sumberdaya
batubara dilakukan berdasarkan berat batubara per unit volume, luas daerah yang
melingkupi sumberdaya yang akan dihitung, dan rata-rata ketebalan seam.
Metode
ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan sumberdaya batubara yang
berbentuk tabular dengan ketebalan dan kemiringan yang relatif konsisten.
Prosedur perhitungan dalam sistem USGS adalah dengan membuat
lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan
batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi pemboran.
Untuk
batubara dengan kemiringan lapisan kurang dari 30 derajat, daerah dalam radius
lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur dan daerah radius
400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk. Sedangkan untuk
batubara dengan kemiringan lebih dari 30 derajat, radius lingkaran-lingkaran
dicari harga proyeksinya ke permukaan terlebih dahulu. Tonase batubara
diperkirakan dengan rumus sebagai berikut :
A x B x C = tonase batubara
Keterangan
:
A = rata-rata ketebalan seam (m)
B = berat batubara per unit volume yang sesuai
(ton/m3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)
6) Model Gridded
Seam (Model Blok stratigrafi)
Dasar
aplikasi teknik-teknik komputer untuk penaksiran tonase dan kadar adalah
membagi-bagi cebakan dan memvisualisasikan cebakan sebagai kumpulan blok-blok,
kemudian blok-blok inilah yang akan diamati untuk memperkirakan tonase dan
kadar. Untuk pemodelan batubara dan cebakan-cebakan berlapis yang memiliki
penyebaran lateral biasanya digunakan model
gridded seam. Secara lateral
endapan batubara dan daerah sekitarnya dibagi menjadi sel-sel yang teratur,
dengan lebar dan panjang tertentu. Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan
dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi dari cebakan
yang bersangkutan. Permodelan dilakukan dalam bentuk puncak, dasar, dan
ketebalan dari unit stratigrafi. Kadar dari berbagai bahan galian atau variabel
dimodelkan untuk setiap lapisan.
Dalam
melakukan perhitungan cadangan, parameter-parameter yang penting adalah :
a.
Ketebalan dan luas
b.
Kadar dari bijih
c.
Berat jenis bijih
C. Konsep Penambangan
Dalam
merencanakan suatu tambang batubara perlu pemahaman mengenai Konsep Penambangan
dan Perancangan Penambangan yang benar untuk suatu tambang terbuka batubara.
Hal ini menjadi penting karena penataan lahan bekas tambang seharusnya menjadi
bagian perencanaan tambang.
1. Pemilihan Daerah Penambangan
Pemilihan
daerah penambangan tentunya harus didasarkan pada hasil Kajian Geologi Tambang
akan diperoleh daerah penambangan tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan
suatu daerah dapat dikatagorikan potensial adalah :
·
Penyebaran batubara yang merata.
·
Jumlah cadangan yang besar.
·
Lapisan batubara yang tebal.
·
Kualitas batubara yang baik.
·
Perhitungan cadangan tertambang pada
daerah tambang tersebut dapat menghasilkan nisbah kupas yang bervariasi.
Besarnya nisbah kupas pada tambang-tambang ini disebabkan antara lain oleh
kondisi topografi dan hilangnya penyebaran lapisan batubara pada daerah
tersebut.
·
Oleh karena itu daerah yang mempunyai nisbah
kupas > 12 : 1 dianggap tidak ekonomis untuk ditambang saat ini. Lapisan
penutup di atas lapisan batubara maupun antara lapisan batubara pada umumnya
terdiri dari siltstone, mudstone kadang-kadang
dengan sisipan shally coal dan sandstone.
·
Kemiringan lapisan batubara berkisar antar 8 – 35 derajat.
2.
Tahapan Penambangan
Dua
pendekatan rancangan tambang terbuka :
·
Mempertimbangkan persoalan tahapan
pemindahan material per blok untuk memenuhi produksi.
·
Mempertimbangkan pemindahan material
yang berhubungan sangat erat dengan peralatan yang digunakan.
Pada
tambang terbuka daerah penambangan cukup luas sehingga memungkinkan pemakaian
alat-alat yang besar. Dalam pemilihan metoda penambangan perlu memperhatikan
pertimbangan teknis yang didasarkan atas :
·
Faktor geografi dan geologi
·
Lokasi :penentuan pemakaian alat
penambangan
·
Curah hujan, temperatur, iklim dan
ketinggian akan berpengaruh terhadap produktifitas alat.
·
Faktor geologi yang berpengaruh seperti
keadaan permukaan, jumlah lapisan batubara, kemiringan batubara, dan ketebalan
tanah penutup.
·
Ukuran dan distribusi lapisan batubara
·
Ketersediaan peralatan dan kesesuaian
dengan peralatan lain
·
Geoteknik
·
Umur tambang
·
Produksi
·
Sistem Penambangan Batubara
Kegiatan-kegiatan
dalam tambang batubara terbuka meliputi :
·
Persiapan daerah penambangan
·
Pemboran dan peledakan atau penggaruan
·
Pengupasan dan pembuangan tanah penutup
·
Pemuatan dan pembuangan tanah penutup
·
Reklamasi
·
Teknik penambangan pada umumnya sangat
dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.
Kegiatan
penambangan selalu menimbulkan pengaruh terhadap lingkungan, oleh karena itu
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam penambangan harus
mengetahui/mengerti akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan dari
kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga dapat diusahakan dampak negatif yang
sekecil mungkin.
Contoh
jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang akan digunakan dalam
sistem penambangan seperti yang telah diuraikan di atas adalah seperti yang
terlihat pada Tabel 1
Tabel 12.1. Contoh
Peralatan Tambang Yang Diperlukan Berdasarkan Aktivitas
(Laporan Akhir Proyek Bina Pertambangan, ITB, 2000)
Aktivitas
|
Peralatan/Bahan
|
Pembongkaran,
penggaruan, dan penggusuran
|
Buldoser
dengan single shank (giant) ripper
dan double shank ripper
|
Pemboran
dan peledakan
|
- Alat
bor : CRD dan Kompresor
- Bahan peledak : ANFO (bahan peledak utama) dan Power Gel
(primer)
- Alat bantu peledakan : NONEL, sumbu ledak, sumbu api, plain detonator.
|
Penggalian
dan pemuatan
|
Shovel dan backhoe
|
Pengangkutan
|
Truk
jungkit
|
3. Cadangan Tertambang
Seperti
telah dijelaskan dalam Kajian Geologi Tambang, perhitungan cadangan tertambang
dilakukan dengan perhitungan dilakukan dengan metode penampang atau metode
lainnya.
4.
Strategi Penambangan
Perancangan
penambangan pada daerah tambang pada umumnya dilakukan berdasarkan batasan
nisbah kupas.
D. PERANCANGAN PENAMBANGAN
1.
Rencana Produksi
Semua
perusahaan tambang merencanakan beroperasi dengan tingkat produksi batubara per
tahun. Produksi tahun ke-1 biasanya lebih kecil dari tahun-tahun berikutnya.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada tahun awal penambangan selain
kegiatan penambangan juga diperlukan berbagai kegiatan lainnya seperti
persiapan permuka kerja, pembuatan jalan ke outside
dump, dan lain sebagainya.
Rencana
produksi untuk setiap tahun memperhatikan pengaruh curah hujan terhadap
produksi batubara.
Rencana
produksi bertahap seperti yang dijelaskan di atas selanjutnya menjadi panduan
untuk menentukan batas kemajuan penambangan setiap tahun.
2. Kriteria Penambangan
Kriteria
penambangan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
·
Faktor struktur geologi
·
Faktor geoteknik
·
Faktor hidrologi dan hidrogeologi
·
Data dan asumsi yang digunakan dalam
perhitungan :
-
Waktu kerja
-
Sifat fisik material
-
Efisiensi kerja peralatan
3. Rancangan Penambangan
1) Permuka kerja
penambangan
Permuka
kerja penambangan adalah medan kerja di mana kegiatan penggalian/penambangan
batubara sedang berlangsung. Satu permuka kerja membutuhkan satu armada
peralatan tambang yang terdiri dari satu unit alat gali-muat dengan beberapa
unit alat angkut dan dibantu satu unit alat garu-dorong. Dalam satu pit
penambangan mungkin terdapat satu atau lebih permuka kerja. Jika pit cukup luas
dan dengan alasan kebutuhan produksi maka beberapa permuka kerja dapat
beroperasi secara bersamaan. Banyaknya permuka kerja yang harus beroperasi
dalam penambangan ditentukan oleh jumlah armada peralatan penambangan batubara
yang dibutuhkan berdasarkan target produksi.
2)
Batas penambangan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penentuan batas tambang terbuka adalah batas Kuasa
Pertambangan (KP) Eksploitasi, penyebaran lapisan batubara, dimensi lereng
aman, rencana produksi, nisbah kupas, aliran sungai, dan jalan negara yang
melewati tambang tersebut
Penentuan
batas lereng akhir tambang juga mengacu pada nisbah kupas dan dimensi maksimum
lereng yang aman berdasarkan rekomendasi Kajian Geoteknik. Rencana produksi
akan menentukan batas pit yang akan ditambang setiap tahun dengan nisbah kupas
tertentu.
Batas
penambangan tiap semester/tahun baik ke arah lateral (luas bukaan tambang)
maupun vertikal (posisi lantai tambang) diwujudkan dalam peta kemajuan tambang
tiap tahun.
3)
Arah dan urutan penambangan
Arah
kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan ke arah tegak lurus jurus
lapisan batubara sampai lereng akhir penambangan, kemudian bergerak maju ke
daerah penambangan tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan batubara.
Pemilihan
urut-urutan penambangan terutama didasarkan pada pertimbangan teknis
operasional serta cadangan yang ada
4)
Kegiatan Penambangan
Penambangan
batubara biasanya dilakukan dengan siklus
konvensional yaitu menggunakan kombinasi peralatan shovel/ backhoe dan truk jungkit serta buldoser. Metode ini
mempunyai fleksibilitas dan selektivitas dalam penggalian, serta ketersedian
alat baik jenis maupun ukuran di pasaran.
Operasi
penambangan setiap tahunnya terdiri kegiatan pembersihan lahan yang
dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penggalian/ pemberaian,
pemuatan dan pengangkutan yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus berlangsung dan setelah
luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka
kegiatan penggalian/pemberaian dapat segera dimulai. Kegiatan ini diikuti
dengan kegiatan pemuatan dan pengangkutan, baik untuk batubara maupun lapisan
penutup.
5) Pembersihan lahan
Untuk menyediakan tempat kerja bagi alat gali-muat dan alat angkut
perlu dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini dilakukan terhadap
vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di sekitar daerah operasi penambangan dengan
menggunakan buldoser.
6) Penanganan tanah pucuk
Pertimbangan penanaman kembali daerah bekas tambang untuk
mengurangi kerusakan lingkungan (reklamasi) memerlukan suatu strategi untuk
penanganan tanah pucuk. Tanah pucuk ini nantinya akan disebar pada bagian
teratas dari tumpukan lapisan penutup, baik di lokasi outside dump maupun di lokasi backfilling.
Tanah pucuk akan dikupas dan dimuat ke dalam truk jungkit dengan
menggunakan alat muat kemudian diangkut ke lokasi penimbunan dan langsung
disebar di atas timbunan lapisan penutup, kecuali pada awal penambangan karena
belum ada timbunan lapisan penutup maka tanah pucuk akan ditumpuk di dekat
lokasi outside dump sebelum disebar
di atas timbunan lapisan penutup.
7) Penggalian/pemberaian,
pemuatan dan pengangkutan lapisan penutup
Seperti
telah diuraikan sebelumnya, teknik penggalian yang direkomendasikan adalah :
·
Penggalian bebas untuk tanah pucuk
·
Penggaruan untuk batubara, mudstone, sebagian sandstone dan siltstone
·
Peledakan untuk sebagian batuan keras,
bila ada.
Oleh sebab itu penanganan lapisan penutup (overburden dan
interburden) akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Penggalian/pemberaian
·
Pemuatan
Pemuatan
lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari hasil penggaruan maupun hasil
peledakan adalah menggunakan alat muat.
·
Pengangkutan
Pengangkutan
lapisan penutup ke lokasi penimbunan adalah menggunakan truk jungkit.
8) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan batubara
Pada umumnya penanganan lapisan batubara akan dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
·
Penggaruan
·
Penggaruan batubara dengan
menggunakan buldoser yang dapat dilengkapi dengan single/double shank ripper.
·
Pemuatan
·
Pemuatan batubara ke dalam alat angkut
menggunakan alat muat.
·
Pengangkutan
·
Pengangkutan lapisan batubara ke ROM stockpile menggunakan truk jungkit (rigid
truck).
9)
Jalan tambang
Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan
permuka kerja dengan lokasi ROM stockpile
dan lokasi penimbunan lapisan penutup. Jalan tambang disiapkan untuk untuk dua
jalur pengangkutan truk jungkit.
10)
Perencanaan penimbunan lapisan penutup
Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi
outside dump hanya akan dilaksanakan
sampai tersedianya daerah bekas penambangan yang cukup luas untuk dapat
melaksanakan backfilling.
Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak
angkut lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan lingkungan akibat
bekas penambangan. Dengan backfilling
lubang-lubang bekas tambang diisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan
reklamasi dapat segera berjalan.
Untuk keperluan penimbunan di luar pit ini telah dipilih lokasi
timbunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah
adalah sebagai berikut :
·
jarak yang tidak terlalu
jauh dari permuka kerja tambang
·
tidak ada cadangan batubara
di bawah lokasi yang dipilih
·
tidak mengganggu daerah
yang akan ditambang
·
topografi permukaan berupa
lembah.
Untuk menjaga agar lereng timbunan tetap aman, perancangan
penimbunan tanah di luar pit maupun backfilling
selalu mengikuti dimensi timbunan yang telah direkomendasikan oleh Kajian
Geoteknik.
11)
Kebutuhan Peralatan
Kebutuhan
alat-alat tambang dihitung dengan cara membagi target produksi per jam dengan
produktivitas alat per jam. Target produksi per jam didapatkan dengan cara
membagi target produksi per tahun dengan jam kerja efektif alat per tahun.
Peralatan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi peralatan tambang utama dan peralatan
penunjang.
Minescape
4 merupakan salah satu perangkat lunak terpadu yang dirancang khusus untuk
industri pertambangan. Minescape yang berintikan sistem grafik CAD 3D dengan
produk-produk aplikasinya memungkinkan penggunanya secara interaktif membuat
dan mengolah model-model geologi tiga dimensi serta desain tambang dalam Platform Silicon Graphics dan Sun UNIX. Aplikasi Minescape merupakan inti dari sistem Minescape
meliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman, struktur data, library,
alat-alat dan modul-modul yang merupakan bagian perangkat lunak Minescape.
Komponen-komponen
Minescape meliputi :
·
GTI (Graphic Task Interface)
GTI
merupakan sistem minescape yang menyediakan manajemen interface yang akan gambar-gambar dan secara visual berbeda dari
lingkungan Minescape. GTI terdiri dari base
window dan berisi sejumlah Page yang dapat dikonfigurasikan untuk
kebutuhan pemakai dan ditampilkan sebagai tab-tab dalam tabdeck.
·
Page
Page (halaman layar) merupakan gabungan
jendela yang menjalankan fungsi-fungsi khusus dan ditampilkan di dalam GTI Window.
Secara umum Page ada dua macam, yaitu monitor page yang
menyediakan layanan pemantauan dan kontrol terhadap modul-modul yang dijalankan
dan minescape page yang menyediakan fungsi-fungsi Minescape.
·
CAD Window
CAD
Window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape (Computer Aided
Design).
·
Form
Format
merupakan window tersendiri yang
menampilkan parameter dan data yang relevan untuk mengoperasikan Minescape
secara khusus serta memungkinkan anda untuk melihat, memanipulasi parameter
secara interaktif dan menyerahkan modul-modul tersebut untuk dijalankan.
Produk adalah
perangkat lunak khusus yang dipadukan dengan aplikasi Minescape. Produk-produk tambahan memberikan kehandalan dalam aplikasi
dan fungsi-fungsi tambahan yang khusus pada operasi-operasi tertentu (misalnya Quality,
Stratigraphic Modelling dan Underground Design). Produk-produk
yang tersedia dalam keluaran ini meliputi :
·
Blasthole Database
·
Stratigraphic Modelling
·
Block Modelling
·
Quality
·
Open Cut Mine Design
·
Underground Coal Mine Design
·
Mine Surveying
·
Reserves
·
Haul Road Design
·
Drill & Blast Design
·
Dragline Modelling
·
Scheduling
·
Truck Route
Tidak ada komentar:
Posting Komentar