APA
ITU BATUBARA
Menurut Wikipedia Online ( 10 Oktober
2012 )
Batubara atau batubara
adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS
untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.
Menurut Pasal 1ayat 3, UU No.
4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
1. Batubara
secara umum
·
Umur Batubara
Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun
yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman
Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung
terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
· Materi pembentuk Batubara
Hampir seluruh
pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu
bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
Ø Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Ø Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Ø Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika
Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora
dan tumbuh di iklim hangat.
Ø Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti
di Australia, India dan Afrika.
Ø Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
·
Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol
oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:
antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Ø Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Ø Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara
yang paling banyak ditambang di Australia.
Ø Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas
yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Ø Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak
yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Ø Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.
2. Cadangan Batubara di indoneisa
Peta cadanan batubara di indonesia
Sumber Daya dan Cadangan Batubara Indonesia Per-Tahun 2005
Batubara di Indonesia
3.
Pemanfaatan Batubara
Bahan Bakar Langsung
- Penyerapan gas SO2 dari hasil pembakaran briket bio batubara dengan unggulan zeolit.
- Pengembangan model fisik tungku pembakaran briket biocoal untuk industri rumah tangga, pembakaran bata/genteng, boiler rotan dan pengering bawang.
- Tungku hemat energi untuk industri rumah tangga dengan bahan bakar batubara/briket bio batubara.
- Pembakaran kapur dalam tungku tegak system terus menerus skala komersial dengan batubara halus menggunakan pembakar siklon.
- Tungku pembuatan gula merah dengan bahan bakar batubara.
- Pembakaran kapur dalam tungku system berkala dengan kombinasi bahan bakar batubara – kayu.
- Pembakaran bata-genteng dengan batubara.
Non Bahan Bakar
- Pengkajian pemanfaatan batubara Kalimantan Selatan untuk pembuatan karbon aktif.
- Daur ulang minyak pelumas bekas dengan menggunakan batubara peringkat rendah sebagai penyerap.
Cara
Mengubah Batu Bara Menjadi Listrik
Kehidupan
moderen tidak bisa dibayangkan tanpa adanya listrik. Listrik menerangi rumah,
gedung, jalanan, memanaskan rumah dan industri, serta menghidupkan sebagian
besar peralatan yang digunakan di rumah, kantor dan mesin-mesin di pabrik.
Meningkatkan akses ke listrik di seluruh dunia merupakan faktor kunci dalam
mengentaskan kemiskinan. Cukup mengejutkan untuk dibayangkan bahwa 1,6 milyar
orang di dunia, atau 27% dari seluruh penduduk dunia, tidak memiliki listrik.
Batu
bara ketel uap, juga disebut batu bara termal, digunakan di pembangkit listrik
untuk mengalirkan listrik. Pembangkit listrik konvensional yang pertama
menggunakan batu bara bongkahan yang dibakar diatas rangka bakar dalam ketel
untuk menghasilkan uap. Kini, batu bara digiling dahulu menjadi bubuk halus,
yang meningkatkan areapermukaan dan memungkinkan untuk terbakar secara lebih
cepat. Dalam sistem pulverised coalcombustion (PCC – pembakaran serbuk batu
bara)ini, serbuk batu bara ditiupkan ke dalam ruang bakar ketel dan serbuk batu
bara tersebut di bakar padasuhu yang tinggi. Gas panas dan energi panas
yangdihasilkan mengubah air – dalam tabung-tabungketel – menjadi uap.
Uap
tekanan tinggi disalurkan ke dalam suatuturbin yang memiliki ribuan bilah
baling-baling. Uap mendorong bilah-bilah tersebut sehingga poros turbin
berputar dengan kecepatan yang tinggi. Satu pembangkit listrik terpasang di
salah satu ujung poros turbin dan terdiri dari kumparan kabel terbuka. Listrik
dihasilkan pada saat kumparan trsebut berputar dengan cepat dalam
Suatu medan magnetik yang kuat. Setelah melewati turbin,
uap menjadi terkondensasi dan kembali ke Listrik yang dihasilkan
ditransformasikan ketegangan yang lebih tinggi – mencapai 400000 volt – yang
digunakan transmisi ekonomis yang efisien
melalui jaringan pengantar arus
kuat. Pada saat mendekati titik
konsumsi, seperti rumah kita, tegangan listrik diturunkan ke sistem tegangan
yang lebih aman 100- 250 volt sebagaimana yang digunakan pada pasar domestik.
Teknologi PCC yang moderen sudah berkembang dengan baik dan memberikan ontribusi pada 90% dari kapasitas listrik
yang dibangkitkan oleh batu bara di seluruh dunia.
Pengembangan terus dilakukan pada rancangan pembangkit listrik
PCC konvensional dan teknik pembakaran
baru sedang dikembangkan. Perkembangan tersebut memungkinkan produksi listrik
yang lebih banyak dengan menggunakan batu bara yang lebih sedikit – hal ini
dikenal sebagai meningkatkan efisiensi termal dari pembangkit listrik.
Fungsi Lain dari Batu Bara
Pengguna batu bara yang penting lainnya mencakup pusat
pengolahan alumina, pabrik kertas, dan industri kimia serta farmasi. Beberapa
produk kimia dapat diproduksi dari hasil-hasil sampingan batu bara. Ter batu
bara yang dimurnikan digunakan dalam pembuatan bahan kimia seperti
minyakkreosot, naftalen, fenol dan benzene. Gas amoniak yang diambil dari
tungku kokas digunakan untuk membuat garam amoniak, asam nitrat dan pupuk tanaman.
Ribuan produk yang berbeda memiliki komponen batu bara atau hasil sampingan
batu bara: sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik dan fiber, seperti
rayon dan nylon.
Batu bara juga merupakan suatu bahan yang penting
dalam
pembuatan produk-produk tertentu:
Ø
Karbon teraktivasi – digunakan pada
saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah.
Ø
Serat karbon – bahan pengeras yang
sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi, sepeda gunung dan
raket tenis.
Ø Metal
silikon – digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang pada gilirannya
digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin, kosmetik, shampo dan
pasta gigi.
4. Cadangan
Batubara Dunia
Ada beberapa ukuran untuk
mengetahui berapa banyak batubara yang tersisa, berdasarkan tingkat kepastian
geologi dan kelayakan ekonomi-nya. Data-data yang diterbitkan berkisar mulai
dari berapa banyak yang tersisa pada produksi batubara saat ini sampai total
sumberdaya batubara yang ada, yang merupakan perkiraan berapa banyak cadangan
batubara yang masih ada; baik yang diketahui pada saat ini maupun yang
didalilkan berdasarkan prinsip geologi.
Cadangan Sumber Daya Batubara Internasional
Di seluruh dunia, dibandingkan dengan semua bahan
bakar fosil lainnya, batubara merupakan yang paling berlimpah dan terdistribusi
secara luas di seluruh benua. Perkiraan untuk cadangan total batubara dunia per
1 Januari 2009 adalah 948.000.000.000 short ton. Rasio yang dihasilkan dari
cadangan batubara untuk konsumsi diperkirakan 129 tahun, yang berarti bahwa
pada rasio konsumsi, cadangan batubara saat ini bisa bertahan selama masa
tersebut.
Distribusi Cadangan
Batubara Dunia Lebih Bervariasi daripada Minyak dan Gas
Cadangan batubara yang signifikan
ditemukan di Amerika Serikat dan Rusia, tapi tidak di Timur Tengah. Bahkan,
Amerika Serikat dan Rusia memiliki hampir separuh dari cadangan batubara dunia
seperti yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Sebaliknya, cadangan minyak
terutama ditemukan di Timur Tengah dan Kanada, sementara Rusia, Iran, dan Qatar
memiliki lebih dari setengah dari cadangan alam gas dunia.
Perkiraan Cadangan Energi Dunia
Berdasarkan Negara Penyuplai
Coal
|
Oil
|
Gas
|
|||
United States
|
27.5%
|
Saudi Arabia
|
17.7%
|
Russia
|
25.2%
|
Russia
|
18.3%
|
Venezuala
|
14.4%
|
Iran
|
15.7%
|
China
|
13.3%
|
Canada
|
11.9%
|
Qatar
|
13.4%
|
Other Non-OECD Europe and Eurasia
|
10.7%
|
Iran
|
9.3%
|
Saudi Arabia
|
4.1%
|
Australia and New Zealand
|
8.9%
|
Iraq
|
7.8%
|
United States
|
4.1%
|
India
|
7.0%
|
Kuwait
|
6.9%
|
Turkenistan
|
4.0%
|
OECD Europe
|
6.5%
|
United Arab Emirates
|
6.7%
|
United Arab Emirates
|
3.4%
|
Africa
|
3.7%
|
Russia
|
4.1%
|
Nigeria
|
2.8%
|
Other Central and South America
|
0.9%
|
Libya
|
3.2%
|
Venezuela
|
2.7%
|
Rest of World
|
3.2%
|
Rest of World
|
18.2%
|
Rest of World
|
24.7%
|
Total
|
100.0%
|
Total
|
100.0%
|
Total
|
100.0%
|
Source:
U.S. Energy Information Administration, International
Energy Outlook, September 2011, Tables 5, 7, and 10.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar