A. Gambaran Umum Tentang Lempeng
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di bawahnya sehingga lempeng tektonik ini bebas untuk menggesek satu sama lain. Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan tersentak-sentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya gravitasi menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya. Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari dalam mantel.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth's mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi.
B. Tiga Lempeng yang Mengelilingi Indonesia
- Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia, daratan yang terdiri dari benua Eropa dan Asia. Pada Sisi selatannya inilah dibatasi langsung oleh Lempeng Indo-Australia.
- Lempeng Indo-Australia ialah nama untuk dua lempeng tektonik yang termasuk benua Lempeng Australia dan samudra di sekelilingnya yang memanjang ke barat laut sampai termasuk anak benua India dan perairan di sekelilingnya. Terbagi atas 2 lempeng sepanjang perbatasan yang kurang aktif: lempeng Australia dan lempeng India yang lebih kecil. Pada sisi barat dayanya inilah berbatasan dengan pulau Sumatera dan Kalimantan di Indonesia. Batas subduksi yang melalui Indonesia dibelokkan di garis Wallace biogeografis yang memisahkan fauna asli Asia dari Australasia.
- Lempeng Pasifik ialah lempeng tektonik samudra di dasar Samudra Pasifik. Di bagian barat ada batas konvergen yang mensubduksi di bawah Lempeng Eurasia.
C. Lempeng yang ada di Indonesia
Indonesia berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen, maksudnya Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
D. Klasifikasi Tektonik Sumatera dan Jawa
- Kemiripan Tektonik Sumatera dan Jawa
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Maksudnya, pergerakan lempeng di Sumatera dan Jawa sama-sama mengakibatkan terbentuknya deretan gunung berapi.
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat. Akibat pergerakan lempeng pulau Sumatera dan Jawa sama-sama berpotensi gempa bumi dan tsunami. Maksudnya di Pulau Jawa atau Pulau Sumatera memiliki konsekuensi bahwa akan selalu akrab dengan bencana.
Selain itu, dibelakang jalur penunjaman akan membentuk cekungan pengendapan seperti cekungan Sumatera Utara, cekungan Sumatera Tengah, cekungan Sumatera Selatan, demikian juga dengan pulau Jawa terdapat cekungan Jawa Utara.
- Perbedaan Tektonik Sumatera dan Jawa
Secara geologis, kawasan barat Sumatera masuk zone subduksi atau berada pada titik penunjaman (tumbukan atau gesekan) lempeng Sumatera. Ini sangat berpotensi menimbulkan gempa besar yang besar kemungkinan diikuti tsunami atau gelombang raksasa. Dibanding dengan pulau Jawa dengan potensi gempa yang kecil karena Jawa tidak berada pada titik penunjaman.
Di pantai barat Pulau Sumatera, rata-rata sudut penunjaman lantai samudera lebih landai daripada pantai selatan Pulau Jawa, ini karena lantai samudera di bawah Sumatera lebih muda daripada Pulau Jawa. Disini Lempeng Indo – Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia dengan arah kemiringan ( ± 450), dan di Jawa Lempeng Indo-Australia menunjam Lempeng Eurasia dengan arah normal.
Di lain hal Usia lantai samudera di bawah Pulau Sumatera diperkirakan 50 juta tahun, sementara lantai samudera di bawah Pulau Jawa adalah sekitar 100 juta tahun. bila lempeng berusia muda, maka daya apungnya masih tinggi, densitasnya relatif lebih ringan dan lantainya lebih landai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar